Antisipasi Bencana, Bupati Sumedang Instruksikan Seluruh Desa Bentuk Destana

SUMEDANG – IBER.ONLINE. Sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi bencana, seluruh desa di Kabupaten Sumedang diminta membentuk Desa Tangguh Bencana (Destana).

Hal disampaikan Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir saat meresmikan dan mengukuhkan Desa Tangguh Bencana (Destana) di Aula Kantor Desa Jatiroke, Rabu (25/5).

Banner Iklan bjb

“Destana berperan dalam deteksi dini, cegah dini dan lapor dini ketika ada bencana sehingga terhindar dari korban jiwa dan kerusakan yang lebih besar lagi,” ungkapnya.

Menurut Bupati, Destana merupakan salah satu ikhtiar pemerintah agar masyarakat di desa dan sukarelawan desa tangguh serta tanggap bencana sehingga setiap kejadian bencana bisa langsung ditanggulangi.

“Destana ini merupakan program pemerintah yang akan berkelanjutan sebagaimana telah dicanangkan sebelumnya,” ujarnya.

Bupati mengatakan, Kabupaten Sumedang memiliki kategori Sedang untuk bencana karena kontur alamnya pegunungan dan berbukit-bukit sehingga rawan bencana.

“Untuk itulah, kita harus harmonis dengan alam, juga harmoni dengan bencana supaya kita bisa mencegah dan menanganinya,” ucapnya.

Bupati meminta semua Camat dan Kepala Perangkat Daerah mengetahui dan memahami peta rawan bencana di Sumedang.

“Apabila ada kejadian bencana, para Camat segera melakukan penanganan dan manajemen darurat bencana sesuai SOP,” tuturnya.

Khusus kepada para Kepala Perangkat Daerah, Bupati meminta agar melakukan langkah-langkah yang progresif untuk mendukung Pengurangan Resiko Bencana (PRB) sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

“Apabila ada kejadian bencana, setiap Kepala SKPD agar memberikan dukungan penuh dalam penanganan darurat, manajemen darurat dan tanggap darurat sesuai tugas dan fungsinya masing-masing,” tukasnya.

Sementara itu, Kelapa Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang Atang Sutarno mengatakan, maksud dibentuknya Desa Tangguh Bencana adalah untuk mengenalkan program Destana kepada para pemangku kepentingan di tingkat desa yang terkait dalam penanggulangan bencana.

“Ini sebagai bentuk peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya dan kearifan lokal untuk pengurangan resiko bencana,” katanya.

Selain itu, lanjut Atang, pembentukan Destana ditujukan untuk meningkatkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam pengurangan resiko bencana.

“Semua dilibatkan, mulai dari pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi, media massa, LSM dan kelompok-kelompok lainnya yang peduli dengan penanggulangan bencana,” ungkapnya.

Dikatakan Atang, wilayah Tanjungsari dan Jatinangor sudah terbentuk relawan bencana diantaranya Jercy (Jatinangor), Rebency (Cimanggung), Gares (Sukasari), Rancatan (Tanjungsari) dan Riksa (Pamulihan).

“Kami berharap semua bisa memahami ancaman, kerentanan, kapasitas resiko bencana serta memahami langkah-langkah dalam pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana,” pungkasnya.